|
Desa Tobotani, Lembata, NTT |
“Bersabarlah
dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan. Terus meneruslah berbuat baik ketika
di kampung atau di rantau. Jauhilah perbuatan buruk dan ketahuilah pelakunya
pasti di ganjar di perut bumi dan di atas bumi”.
Petikan
dari pembuka novel “Ranah Tiga Warna” karya A.Fuadi.
Kemudian
cobalah baca Al Quran Surah Al Mukminun ayat 29, di situTuhan menasehatkan
kepada Nuh untuk berdoa.
“ Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang di
berkati, dan engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat”
Memang indah petikan ayat Allah di atas, karena itu
merupakan sebuah doa, oleh karena itu berdoa, untuk selalu di tempatkan di
tempat yang di berkahi.
-----------------------------------------------
Memang terkadang menuju
ke negeri yang tak pernah di mimpikan, dan tak
pernah terbayangkan akan berada di sana, kekhawatiran sering mengganggu pikiran
dan jiwa, karena jangankan tahu di mana di tempatkan, Dimana daerah itu berada
pun belum tahu, bagaimana rupa dan bentuk aslinya, dan sungguh tidak tahu di
mana nanti akan di tempatkan, saat pertama akan tiba di negeri pengabdian ini.
Namun ketahuilah bahwa, semuanya sungguh sebuah kejutan.
Kejutan perjalanan yang
begitu jauh dan amazing, Kejutan masing-masing mendapat orang tua asuh selaku
orang tua baru, kejutan tentang medan yang di lalui, kejutan dengan tempat
penempatan, kejutan dengan kearifan lokal, kejutan dengan wajah-wajah
masyarakat asli timur, kejutan dengan nama-nama murid di sekolah, dan banyak
sekali kejutan-kejutan lain yang kita dapatkan dan menjadi pengalaman yang
sangat berharga dan tak terlupakan,.
Begitulah
kira-kira......
---------------------------------------------------
Hari itu, dari ujung
barat indonesia saya mulai kisah perjalanan ini,
perjalanan yang belum tahu kemana ujungnya nanti, namun sementara saya akan menuju negeri timur Indonesia, di sana saya akan mengabdi dan belajar, Ya, belajar mengajar bersama
mutiara hitam disekolah dan luar sekolah yang akan menjadi tempat saya menghabiskan waktu selama satu putaran kalender.
Datang, melihat sendiri
bagaimana kondisi daerah dan realita pendidikan di daerah 3T, saya sadar bahwa saat itu banyak aspek dan kepakan
sayap yang bisa saya lakukan dan berikan untuk
negeri ini. Hal yang paling utama adalah KEIKHLASAN hati untuk MEMBERI.
Dan yang perlu kita
tahu bahwa daerah 3T itu adalah daerah yang benar-benar membutuhkan pendidikan,
karena mereka adalah orang-orang yang minim tentang TAHU yang mereka miliki.
Dan di sana 180 derajat
berbeda dengan apa yang saya tahu, saya pikirkan,
dan jalani selama ini.
Asal kita tahu bahwa
pengalaman yang kita dapat justru lebih mahal dari pada apa yang kita harapkan,
dan kita akan jatuh cinta. Tersadar
walau tak jelas bagaimana dan apa yang terjadi di daerah 3T, saya sudah berada di sini di daerah Terluar, Terdepan,
dan Tertinggal Indonesia, Flores Nusa Tenggara Timur, di akhir tahun 2012.
Dengan hadirnya sarjana mendidik di daerah yang memang sangat
membutuhkan , banyak hal yang harus di benahi sesegera mungkin, khususnya di
segi pendidikan, walau saya yakin bahwa hal itu
tidak mudah dan butuh kerja ekstra, tapi juga tidak semua hal bisa saya lakukan semaksimal mungkin, namun yang paling
utama adalah yakin untuk mencoba dan mau melakukannya.
Memang miris dan
menantang jiwa raga, itulah kondisi daerah 3T, kalau tidak siap maka hasil
kehadiran saya disini akan sangat sia-sia,
belaka. Banyak halangan dan rintangan
yang pasti akan di hadapi, mungkin akan terjatuh dan terperosok beberapa kali,
mungkin akan merasa lelah dan mengumpat di tengah jalan, mungkin juga yang di
jalani tak selalu berisi romansa, hanya dengan keyakinan dan ketulusan hatilah
untuk melakukannya walau sekecil apapun
itu, hal itu akan mudah dan indah, walau di tengah keterbatasan fasilitas
sekalipun, dan pengalaman itu sangat indah, tidak akan pernah terlupakan.
Maju bersama
mencerdaskan bangsa, itulah Motto kami sarjana mendidik di daerah Terluar,
Terdepan dan Tertinggal. Menjadi pendidik di daerah 3T selama setahun itulah
tugas saya, memang tidak mudah menjadi sosok
pendidik, pendidik atau guru tidaklah sekedar mengajar di depan kelas, tapi ia
haruslah seseorang yang memiliki integritas dan kepribadian yang tinggi, mampu
menjadi sosok panutan yang baik, apakah itu di dalam maupun di luar kelas, dan
yang paling dasar adalah memiliki ketulusan dan keyakinan untuk terus berbagi bersama
menghadapi berbagai keterbatasan dan keunikan karakter anak.
------------------------------------------------
Waktu sekali putaran
kelender itu tidaklah lama, hanya sementara saja, memang kalau kerinduan
melanda, akan kampung halaman dan orang-orang tercinta, waktu itu sungguh
sangat lama, tapi hal itu bisa di siasati dengan kemajuan zaman saat ini, walau
berada di daerah 3T, sms dan telpon, atau sosial network adalah solusi utama di
daerah 3T untuk melepas kerinduan terhadap mereka yang jauh di sana, itupun
kalau jaringan ada, selebihnya kerinduan itu akan terbayar dengan wajah
anak-anak yang dengan tulus dan lugunya memberikan senyum kepada saya setiap hari, mulai pagi hari, sapaan “selamat
pagi GURU”, saya rasa tidak akan saya temukan lagi kata seperti itu nanti di
daerah saya,itu sebuah kata yang membuat saya
rindu dan jatuh cinta akan negeri ini, belum lagi wajah-wajah kelam dan rambut
keriting mereka yang sangat unik, membuat lupa akan negeri sendiri, kebersamaan
bersama merekalah pengobat rindu untuk sementara disini.
Namun, kenyataan
meninggalkan semua kenangan di sini, adalah fakta yang akan terjadi,
meninggalkan anak-anak didik tercinta, meninggalkan sekolah yang sudah setahun
menjadi tempat saya menempa ilmu ketulusan dan
pengabdian, meninggalkan daerah yang sudah menjadi seperti kampung sendiri,
meninggalkan masyarakat dan orang-orang yang sudah seperti keluarga sendiri,
orang-orang yang tidak pernah habis keramahtamahannya di berikan untuk saya, di jadikan sebagai bagian dari mereka, sangat
berat sebenarnya meninggalkan semua ini, mungkin karena saya sudah jatuh cinta lagi, tapi apalah daya dengan penuh keterpaksaan
dan kerelaan jika masanya tiba, saya harus
meninggalkan semua itu, harus.
Oleh karena itu, semua
tahu bahwa saya harus kembali dan tidak mungkin
akan tetap di sini, namun selama berada di pelosok negeri ini, tekad sudah
bulat untuk mewujudkan cita-cita anak bangsa, hanya kepastian sebuah ketulusan untuk membuat perubahan ke arah
yang lebih baik di setiap jejak langkah yang saya
lalui, harus saya lakukan, ITU SUDAH J
..!
Sebenarnya semua belum
selesai dikerjakan, banyak sekali kreativitas
yang butuh pemikiran yang cemerlang, ide-ide
dan tenaga baru saat ini, dan itu sangat di harapkan dari saya di sini,
khususnya di segi pendidikan dan sosial yang perlu di benahi bersama dan di
jadikan lebih baik lagi, sebenarnya itu semua butuh uluran dari Guru SM3T
sebelum mereka kembali.
Waktu yang hanya
sementara itu, memang singkat sekali
jika kita ingin melakukan banyak hal positif, dengan terpaksa banyak
agenda yang tidak bisa terealisasi, intinya banyak hal yang tidak mungkin dilakukan
sekaligus semua saat ini, tapi bukan berarti kami tidak mau melakukannnya,
hanya saja waktu itu terlalu singkat sekali, dan kami harus kembali. Mendesak
dan minim memang, sangat tidak mungkin jika saat ini kami lakukan segalanya.
Semuanya butuh waktu
lebih sebenarnya, seandainya masih ada waktu sedikit lagi, masih banyak yang
harus di selesaikan, barulah bisa ikhlas dan tenang untuk meninggalkan negeri
3T ini, Semoga akan ada pengganti berikutnya yang akan menyusul dan mengisi
kekosongan cahaya pendidikan di pelosok tanah air indonesia.
Dan saya sangat yakin,
kita semua sudah mendapatkan tempat yang terbaik, kita sudah menimba ilmu dan
memberikan ilmu yang terbaik, dan berkah. Waktu
dan diri kita akan banyak membawa manfaat untuk masyarakat sekitar.
TRUST ME, IT WORK.
Saya dan teman-teman
guru muda SM3T Aceh – Lembata akan kembali ke daerah asal karena di sana
pendidikan selanjutnya sudah menanti, dan demi masa depan yang cerah dan
bahagia semua harus di jalani dengan sebuah ketulusan. INSYAALLAH,..!!
Kota Tanpa Nafas